Artikel Terbaru

Kamis, 26 Juni 2014

Memilih Sekolah

Oleh : Sidiq Wachyono
           Guru SMA di Kabupaten Bandung Barat
          Artikel ini pernah dimuat di rubrik Forum Guru
          Koran Pikiran Rakyat, Kamis 26 Juni 2014

Pada akhir tahun pelajaran dan memasuki awal tahun pelajaran baru, orangtua mulai sibuk mencari sekolah bagi putra-putrinya, baik yang baru menginjak bangku persekolahan maupun yang naik ke jenjang pendidikan lebih tinggi. Hal yang menjadi pertimbangan orangtua dalam mencari sekolah adalah dalam pemilihan sekolah yang berkualitas.
Pada dasarnya, sekolah-sekolah yang ada di lingkungan pendidikan kita mengemban visi dan misi pendidikan nasional. Setiap sekolah berfungsi mencerdaskan kehidupan bangsa dan bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Menurut pasal  Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, orangtua berhak berperan serta dalam memilih satuan pendidikan dan memperoleh informasi tentang perkembangan pendidikan anaknya. Satuan pendidikan yang akan dipilih atau diminati orangtua, sangat tergantung dari sudut pandang penilaian orangtua dan masyarakat terhadap kualias satuan pendidikan tersebut.
Dari hasil penelitian, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran di sekolah, yakni kurikulum, kompetensi guru, sarana prasarana, lingkungan sekolah, dan evaluasi. Hal tersebut dapat dijadikan pedoman orangtua dalam memilih sekolah untuk putra-putrinya.
Para orangtua dalam memilih sekolah perlu mengetahui kurikulum yang dilaksanakan oleh sekolah tersebut. Kurikulum yang menerapkan pendidikan karakter dan sikap, sebaiknya lebih diutamakan. Lihat pula kompetensi gurunya apakah sudah profesional atau belum, gurunya berkarakter baik atau tidak. Coba cari tahu juga kehadiran gurunya di kelas, dan proses pembelajaran yang berlangsung.
Orangtua hendaknya memperhatikan sarana dan prasarana yang tersedia di sekolah yang akan dituju, karena itu diperlukan dalam menunjang kegiatan belajar mengajar. Selanjutnya perhatikan kultur sekolah, berupa lingkungan sekolah. Pilihlah sekolah yang dapat menjamin keamanan dan keselamatan siswanya, serta dapat menciptakan lingkungan pendidikan yang nyaman. Evaluasi yang dilakukan di sekolah yang akan dituju sebaiknya diketahui juga. Evaluasi yang baik, dilakukan secara multidimensi dengan memperhatikan aspek kognitif, afektif, psikomotorik dan berlangsung secara jujur.
Secara umum dalam memilih sekolah dapat dilihat dari pencapaian status akreditasinya, namun predikat akreditasinya, namun predikat akreditasi terkadang tidak dapat menjamin kualitas sekolah. Untuk menilai kualitas sekolah dapat juga dengan memihat prestasi sekolah tersebut dalam berbagai kompetensi yang diikutinya, baik di bidang akademik maupun nonakademik. Selain itu, perlu juga mengenai kualitas alumninya.
Dengan memperhatikan indikator kualitas sekolah, diharapkan orangtua dapat memililih alternative sekolah secara bijak bagi putra-putrinya. Dan, sejatinya setiap sekolah senantiasa berusaha untuk menjadi sekolah yang berkualitas.

Selasa, 24 Juni 2014

Membuat Presentasi Yang Mengagumkan Dengan Aurora 3D Presentation

Membuat Presentasi Yang Mengagumkan Dengan Aurora 3D Presentation

Jika anda mempunyai pekerjaan yang dituntut dengan rutinitas sebuah presentasi pasti anda pernah berfikir untuk membuat presentasi yang menakjubkan bagi audience dan eyes caching tentunya . Atau mungkin anda seorang mahasiswa yang ingin mendapatkan nilai lebih diluar isi pemaparan materi, pasti anda pernah memeras tenaga untuk mengatur animasi tata letak dan sebagainya untuk memaksimalkan sebuah presentasi. Namun jika yang teman-teman lakukan hanya berputar-putar ditempat dengan Microsoft power point saja dalam prentasi pasti anda akan bertemu dengan titik jenuh.
            Hal yang semacam ini pernah saya rasakan ketika saya menghadapi lomba dalam Apresiasi PTK PAUDNI tingkat jawa tengah, dimana saya berkreasi semaksimal mungkin dengan power point. Saya maksimalkan animasi dan urutan munculnya tulisan dan sebagainya hingga membuat saya cukup percaya diri dalam menampilkannya akan tetapi saya diam tanpa kutu ketika ada pesaing saya yang menggunkan aplikasi lain untuk mempresentasikan pemaparanya. Tebak??? Yup langsung ke pointnya bro, dia menggunakan aplikasi Aurora 3D Presentation sebagai pengganti Power point. Jika banyak temen-temen yang menanyakan apa sih keunggulannya hingga membuat judul mengagumkan. Tentun jawaban sederhanannya bisa dilihat dari nama aplikasinya yaitu 3D presentation.
            Aurora 3D Presentation merupakan sebuah tool untuk membuat slide presentasi 3D. Dengan perangkat lunak ini dapat dengan mudah menghasilkan presentasi yang bagus untuk gambar, teks, model video, dan data, dan memilih banyak cara untuk menampilkan konten presentasi. Sekedar catatan pula bahwa aplikasi ini mendukung untuk sebuah presntasi yang didukung dengan layar sentuh, sehinggan lebih interaktif dan mempunya kesan modern dalam berpesentasi. Aurora Presentasi 3D memiliki banyak jenis model presentasi dan dapat membuatnya dari template dengan mudah. Beberapa kemudahan dalam perangkat lunak ini adalah :
1.      Dukungan berbagai jenis konten. Gambar, Teks, Video, Model 3D, Tabel, Navigasi, Gambar Wall, data Grafik, Partikel.
2.      Mudah dalam pembuatan slide presentasi dengan mengambil dari template yang tersedia, meliputi : template presentasi banyak, template slide, template animasi.
3.      Dapat di-publish dalam berbagai format. Dapat dijalankan secara langsung atau diekspor sebagai urutan gambar, video, dan image.


Untuk lebih mudahnya dalam pemahaman seberapa kerennya aplikasi Aurora 3D Presentasi akan saya cantumkan sekilas Vidionya mas bro.



Dan yang pengin download aplikasinya silahkan download pada blog tetangga. Sekian informasi yang saya bisa sampaikan untuk para pengunjung yang sedang mencari idea untuk presentasinya. Catatan ini akan saya sambung dengan tutorial untuk menggunakan aurora 3D Presentation.

Yang masih baru menggunakan aurora 3D presentation, muga kumpulan tutorial yang saya buat bisa bermanfaat dan memebantu.

Cara membuat objek 3D dalam presentasi

Cara membuat tampilan gambar 3D di Image wall


Cara memasukan model 3D dalam presentasi


Cara mengubah titik pusat pada group animasi


Cara Mengimpor dan mengatur file SVG


Cara Membuat Animasi BerulangPada Aurora 3D Presentation


Cara Membuat Presentasi Interaktit 3D dengan Autoplay

Cara Membuat Tombol Untuk Merubah Objek Properties pada presentasi 3DCara Membuat Animasi Kamera Dan Tooltip Action Pada Aurora 3D PresentasiCara Mengatur Animasi untuk masuk dan keluar layar pada AURORA Presentasi 3DCara Membuat Animasi Gerak Kamera Pada Powerpoint 3D Yang InteraktifCara Membuat Effek Metal Dan Kaca Pada AURORA 3D PresentationCara membuat tulisan animasi dan background yang dinamik pada AURORACara Untuk Menukar Slide Dan Membuat Hyperlink Pada Tombol PresentasiCara membuat gambar group yang mudah bergenak dengan bantuan animasiCara menggunakan table dan bagan batang pada kemampuan lebih lanjut

Terima kasih telah berkunjung, jika ada masukan atau ada pertanyaan, bisa komen di kontak dibawah ini... happy presentation, dude.

aplikasi lain yang patut diperihitungkan untuk presentasi adalah Sparkol, tema presentasi yang diusung mempunyai warna yang berbeda karena presentasi dalam bentuk video tapi sangat menarik hasil yang diperoleh
silahkan kunjungi di sini
Cara membuat presentasi yang mengagumkan dengan sparkol video scribe



Sabtu, 21 Juni 2014

Media Pembelajaran

Media pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses belajar mengajar. Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan pebelajar  sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar. Batasan ini cukup luas dan mendalam mencakup pengertian sumber, lingkungan, manusia danmetode yang dimanfaatkan untuk tujuan pembelajaran / pelatihan.
Sedangkan menurut Briggs (1977) media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya. Kemudian menurut National Education Associaton(1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras.
Posisi media pembelajaran. Oleh karena proses pembelajaran merupakan proses komunikasi dan berlangsung dalam suatu sistem, maka media pembelajaran menempati posisi yang cukup penting sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran. Tanpa media, komunikasi tidak akan terjadi dan proses pembelajaran sebagai proses komunikasi juga tidak akan bisa berlangsung secara...Media pembelajaran adalah komponen integral dari sistem pembelajaran
Dari pendapat di atas disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik.
Menurut Edgar Dale, dalam dunia pendidikan, penggunaan media pembelajaran seringkali menggunakan prinsip Kerucut Pengalaman, yang membutuhkan media seperti buku teks, bahan belajar yang dibuat oleh guru dan �audio-visual�.

Ada beberapa jenis media pembelajaran, diantaranya :
         Media Visual : grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik
         Media Audial : radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya
         Projected still media : slide; over head projektor (OHP), in focus dan sejenisnya
         Projected motion media : film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer dan sejenisnya.
Pada hakikatnya bukan media pembelajaran itu sendiri yang  menentukan hasil  belajar. Ternyata keberhasilan menggunakan media pembelajaran dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar tergantung pada (1) isi pesan, (2) cara menjelaskan pesan, dan (3) karakteristik penerima pesan. Dengan demikian dalam memilih dan menggunakan media, perlu diperhatikan  ketiga faktor tersebut. Apabila ketiga faktor tersebut mampu disampaikan dalam media pembelajaran tentunya akan memberikan hasil yang maksimal.

Tujuan menggunakan media pembelajaran :
Ada beberapa tujuan menggunakan media pembelajaran, diantaranya yaitu :
-        Mempermudah proses belajar-mengajar
-        Meningkatkan efisiensi belajar-mengajar
-        Menjaga relevansi dengan tujuan belajar
-        Membantu konsentrasi mahasiswa
-        Menurut Gagne : Komponen sumber belajar yang dapat merangsang siswa untuk belajar
-        Menurut Briggs : Wahana fisik yang mengandung materi instruksional
-        Menurut Schramm : Teknologi pembawa informasi atau pesan instruksional
-        Menurut Y. Miarso : Segala sesuatu yang dapat merangsang proses belajar siswa
Tidak diragukan lagi bahwa semua media itu perlu dalam pembelajaran. Kalau sampai hari ini masih ada guru yang belum menggunakan media, itu hanya perlu satu hal yaitu perubahan sikap. Dalam memilih media pembelajaran, perlu disesuaikan dengan kebutuhan, situasi dan kondisi masing-masing. Dengan perkataan lain, media yang terbaik adalah media yang ada. Terserah kepada guru bagaimana ia dapat mengembangkannya secara tepat  dilihat dari isi, penjelasan pesan dan karakteristik siswa untuk menentukan media pembelajaran tersebut.

 Sedangkan Effektif sendiri artinya adalah dapat membawa Hasil yang nyata. Sehingga Media Pembelajaran yang effektif adalah media Pembelajaran yang membawa hasil secara nyata atas penggunaan Media dalam proses pembelajaran sehingga proses transfer ilmu dapat dilakukan secara nyata dengan mengertinya peserta pembelajaran terhadap meteri tersebut.

Minggu, 15 Juni 2014

Mencari Pengganti Ujian Nasional

Oleh : Sidiq Wachyono, Guru SMAN 1 Cisarua
          Kabupaten Bandung Barat
          Artikel ini pernah dimuat di rubrik Forum Guru
          Koran Pikiran Rakyat

Kekisruhan Ujian Nasional (UN) baik di tingkat sekolah menengah atas (SMA) maupun sekolah menengah Pertama (SMP) yang terjadi dari tahun ke tahun menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah, pendidik dan tenaga kependidikan. Kebocoran soal maupun kunci jawab UN yang dilakukan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab menodai pelaksanaan hajat nasional tersebut. Kasus jual beli kunci jawab UN yang melibatkan siswa dan guru, serta berbagai kecurangan yang dilakukan siswa saat UN menimbulkan keprihatinan dan keresahan dalam dunia pendidikan.
Penyelenggaraan UN yang disinyalir lebih banyak mendatangkan mudarat dibandingkan manfaatnya itu, patutkah dilanjutkan? Sementara itu dalam proses pelaksanaan pendidikan, evaluasi sangatlah diperlukan untuk mengetahui keberhasilan dalam pendidikan. UN yang merupakan salah satu bentuk evaluasi, tidak baik juga jika dihapuskan sama sekali tanpa ada penggantinya.
Menurut hemat penulis, alangkah baiknya penyelenggaraan ujian bagi siswa kelas IX SMP, dan kelas XII SMA/MA/SMK dikoordinasikan oleh provinsi sebagaimana penyelenggaraan ujian untuk murid kelas VI SD saat ini. Dengan demikian, yang bertanggung jawab penuh dalam pelaksanaan ujian itu adalah gubernur dan kepala dinas pendidikan provinsi. Segala kebijakan yang menyangkut prosedur operasi standar ujian cukup diurus oleh provinsi saja. Dalam hal ini, pemerintah pusat hanya bertugas memantau kerja tim pelaksana di tiap-tiap daerah/ provinsi.
Tentunya, pihak pusat turut andil juga dalam menentukan standar kualitas pendidikan. Misalnya Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP) dapat menyusun standar kompetensi lulusan, kemudian memberikan kisi-kisi soal ujian atau dalam bentuk indikator soal kepada pihak berwenang di provinsi. Selanjutnya pembuatan dan penggandaan naskah ujian dilakukan oleh pihak provinsi. Kondisi geografis dan kearifan local tiap provinsi yang berbeda-beda, memungkinkan naskah ujian yang disusun oleh tim pembuat soal di tiap provinsi akan berbeda-beda.
Jika ujian siswa SD, SMP dan SMA/MA/SMK dilakukan oleh pihak provinsi, maka kinerja dari tiap-tiap pemerintah daerah dalam penyelenggaraan ujian nasional akan lebih terlihat. Dengan begitu, setiap provinsi akan menunjukkan prestanya dalam proses penyelenggaraan ujian tersebut. Provinsi yang berprestasi dalam hal penyelenggaraan ujian tersebut. Provinsi berprestasi dalam hal penyelenggaraan ujian, dapat diberikan penghargaan oleh pemerinta pusat. Sementara bagi provinsi yang melakukan pelanggaran dalam penyelenggaraan ujian ditindak dan diberi sanksi serta dilakukan proseshukum secara tegas bagi pelakunya.
Penyelenggaraan ujian yang dikelola oleh provinsi, sejalan dengan semangat otonomi daerah yang salah satunya adalah otonomi pendidikan. Ujian yang diselenggarakan oleh pihak provinsi juga dapat meminimalisasi kasus yang selama ini muncul dalam pelaksanaan UN. Sehingga pelaksanaan ujian yang jujur dan berkualitas dapat terselenggara dengan baik. Wallahu alam bishshwabi.

Rabu, 11 Juni 2014

Pembentukan Identitas Berpikir

Oleh : M. Romyan Fauzan
             Pengajar di Yayasan Pesantren Al Fatah, Cikembang
          Kec. Kertasari, Kab. Bandung

Satu-satunya orang yang bisa mengubah pikirannya adalah orang yang tak punya pikiran (Edward Noyes Westcott).
Sejak politik etis didirikan oleh pemerintahan Hindia Belanda, bangsa kita telah mengenal pendidikan tinggi. Tepatnya pada tahun 1902 di Batavia didirikan School tot Opleiding van Inlandsche Artsen dikenal sebagai Sekolah Dokter Bumi Putera. Kemudian NIAS (Nederlandsch Indische Artsen School) tahun 1913 di Surabaya (Wikipedia.org). Lebih dari satu abad pendidikan tinggi berkembang amat pesat. Tujuan tidak lain, untuk mencapai sesuatu hal yang mulia, yakni membentuk seseorang menjadi lebih baik kualitas sumber daya manusianya.
Perguruan tinggi menghasilkan orang-orang yang suatu hari memegang peranan penting bagi bangsa dan Negara. Soekarno, Hatta, Tan Malaka, Sjahrir, adalah orang-orang yang mengenyam pendidikan tinggi semasa hidupnya. Mereka adalah orang-orang yang paham betapa pentingnya pendidikan dalam kehidupan sebagai pemimpin.
Dari sejarah, kita bisa melihat pikiran-pikiran yang keluar dari diri mereka. Pikiran yang berkualitas tidak hadir begitu saja. Pemikiran adalah hasil dari pikiran dan hadir dari pemupukan yang begitu panjang dan tertata sehingga menghasilkan buah yang manis dan segar. Bagaimana kita memupuk pemikiran menjadi buah yang manis seperti mereka kalau tidak ditata dengan baik.
Penulis beranggapan, pembentukan pola pikir itu dibentuk oleh waktu. Kesadaran berpikir seseorang dan kemudian ditumpahkan dalam tindakan tidak hadir begitu saja. Ada proses yang mesti dilalui oleh seseorang sehingga pola pikirnya berkualitas. Hal inilah yang penulis kira membedakan antara orang yang berkuliah dan tidak berkuliah. Pengetahuan bisa didapatkan di mana saja., itu benar adanya. Tetapi tipis beda antara pengetahuan dan pendidikan. Pengetahuan menurut Pram adalah �..Betapa pun tingginya, dia tidak berpribadi. Sehebat-hebatnya mesin, dibikin oleh sehebat-hebat manusia dia pun tidak berpribadi.� Sementara itu, pendidikan yang tentu di dalamnya ada ilmu pengetahuan adalah buah proses hidup, seperti apa yang dikatakan oleh Dewey bahwa pendidikan bukan persiapan untuk hidup; pendidikan adalah kehidupan itu sendiri.
Bisa dilihat bahwa pengetahuan tanpa pendidikan bisa menjadikan diri kita tak berkepribadian. Inilah yang penulis maksud dengan pentingnya proses pendidikan, dalam hal ini kuliah di pendidikan tinggi sebagai bagian dari jalan menuju pembentukan karakter seseorang. Kuliah sebagai salah satu jembatan dalam proses kehidupan memiliki banyak hal yang bisa digali dalam menemui identitas diri. Setelah lulus dari SMA/MA/SMK ada pemandangan terbentang yang harus dilalui menuju cita-cita seseorang.
Memang tanpa kuliah pun bisa ditemukan identitas seseorang. Namun, jangan lupa, ada kualitas internal dan eksternal yang mempengaruhi perubahan diri selama proses itu berlangsung. Kuliah yang setidaknya dikelilingi orang-orang yang selalu haus akan ilmu akan berpengaruh pada internal seseorang.
Tetapi ada yang ditakutkan ketika kuliah menjadi tujuan yang lain dari seseorang, yakni kuliah sebagai gaya hidup. Ini jelas sesuatu yang salah kaprah mengingat kita tidak hidup dengan gaya hidup, tetapi lebih dalam kehidupan itu sendiri. Seharusnya kuliah adalah pembentukan identitas seseorang ketika bagian internal dan eksternalnya bisa mengutuhkan dirinya sebagai seorang manusia dengan demikian, identitas dengan pemikiran yang berkualitas bisa lahir dari setiap generasi yang singgah di dunia perguruan tinggi di dunia perkuliahan. Amin.

Senin, 09 Juni 2014

Mengubah Karakter Bangsa

Oleh : Emas Kurnianingsih 
           Guru di SMAN 2 Banjarsari Ciamis
              dan Jurnalis Tabloid Pendidikan Ganesha Ciamis 
           Artikel ini pernah dimuat di rubrik Forum Guru, Koran Pikiran Rakyat

Membaca tulisan guru besar Universitas Padjajaran Deddy Mulyana yang berjudul �Karakter Bangsa� di salah satu harian Nasional beberapa tahun lalu, membuat saya ingin menuangkan isi hati atau lebih tegasnya menganalisis tulisan itu. Deddy Mulyana mengutip pandangan Mochtar Lubis yang berjudul �Manusia Indonesia� (1981) sebagai orang yang munafik, tak bertanggung jawab, feodal, percaya takhayul, artistik, berwatak lemah dan boros.
Mirip sekali melihat pandangan seperti itu. Namun, disadari atau tidak, kenyataan membuktikan bahwa sebagian besar penduduk Indonesia memang seperti itu. Banyak sekali pendukung fakta itu. Contohnya, pelajar dan mahasiswa sekarang banyak melakukan plagiat dan menyontek karya orang lain, karyawan, pegawai, birokrat, plitikus membeli gelar daripada belajar dengan benar.
Sulit membedakan orang yang benar-benar jujur, murni dengan orang yang pura-pura, dan penuh kemunafikan. Orang yang jujur, berkata benar, polos, bertindak sewajarnya dianggap tidak guyub dan dianggap aneh. Lebih parah lagi disebut munafik. Apa sedemikian parahnya moral bangsa kita sekarang.
Sangat disayangkan, manusia Indonesia terutama generasi penerus banyak yang berkiblat ke Negara Barat, bukan untuk hal yang positif, tetapi hal yang negatif. Kemajuan teknologi dimanfaatkan tidak pada tempatnya, gambar-gambar porno, klip film berdurasi pendek bertebaran di pesawat telefon, belum termasuk yang terdapat dalam keping DVD dan VCD. Apakah ini karena Negara kita pernah dijajah oleh bangsa Eropa yang notabene lebih maju peradabannya ataukah tidak bisa menampilkan kepribadian asli kita sampai harus meniru bangsa lain?
Kalau begitu sinyalemen Ibnu Khaldun benar adanya bahwa orang-orang taklukan selalu meniru penakluknya, baik dalam berpakaian, perhiasan, kepercayaan, dan adat istiadat lainnya. Hal ini disebabkan adanya keinginan untuk menyamai mereka yang telah mengalahkan menaklukannya. Orang-orang taklukan menghargai para penakluknya secara berlebihan. Kalau keyakinan ini bertahan lama, hal itu akan membekas dalam dan lama serta akan membawa pada peniruan semua ciri penakluknya. Mereka ini yakin bahwa peniruan atas segala yang dilakukan sang penakluk akan menghapuskan segala penyebab kekalahannya.
Tidak bisa dimungkiri, sistem pendidikan kita pada masa lalu menyebabkan bangsa kita berwatak lemah. Kepribadian yang malas, tidak jujur, dan tidak percaya diri sudah mendarah daging dan parahnya dampak masalah tersebut mengakibatkan korupsi, kolusi, dan nepotisme semakin menjamur sehingga pada akhirnya membawa krisis moral, politik, dan ekonomi. Padahal manusia masa depan yang harus dihasilkan oleh pendidikan antara lain manusia yang melek teknologi dan melek pikir yang semuanya disebut melek kebudayaan yang mampu think globally but act locally.
Mencermati kembali hari Pendidikan Nasional 2 Mei yang baru lalu, mengingatkan kita pada tujuan pendidikan nasional yaitu mencerdaskan bangsa dan membina manusia seutuhnya serta mencetak anak didik untuk menjadi insan yang beriman dan berwatak, berakhlak mulia serta cinta tanah air, dan semuanya itu memerlukan langkah konkret untuk merealisasikannya.