Artikel Terbaru

Sabtu, 26 April 2014

Pentingnya Peran RPP dalam Proses Pembelajaran

RPP,sudah tentu anda yang berkecimpung di dunia pendidikan benar-benar tahu apa sih RRP itu?.RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dengan SK dan KD nya
,sumber pembelajaran dan isi dari materi pembelajaran ada di RPP.RPP di buat agar proses pembelajaran lebih tersistemisasi dengan maksud memberhasilkan proses pembelajaran agar tepat sasaran dan terukur menurut perkembangan potensi anak didik serta banyak pertimbangan-pertimbangan yang sesuai teori-teori yang berkaitan dengan dunia pendidikan seperti halnya pertimbangan psikologis anak.

Bukan hal yang mudah mentransfer ilmu dan mewujudkan potensi anak didik serta mengembangkan pengetahuannya secara mandiri karena Siswa dari segi klasikal merupakan sekelompok anak didik yang memiliki karakter dan cara penerimaaan serta respon yang berbeda-beda dalam kegiatan belajar dan mengajar serta sebagai individu memliki hak dan kebebasan yang tidak boleh kita langgar sebagai figur central (guru) di dalam kelas.

Maka dari itu peran teori-teori pendidikan dan pengamatan langsung dari guru yang bersangkutan (misalnya melakukan penelitian) sangat di butuhkan sebagai pertimbangan-pertimbangan dalam memilih strategi,metode dan pendekatan yang akan di gunakan dalam proses belajar dan mengajar dengan materi-materi yang sesuai dengan SK dan KD.

Salah memlih metode,strategi dan pendekatan akan berdampak negatif terhadap hasil akhir dari proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas.Maka dari itu diperlukan perencanaan agar kegiatan belajar dan mengajar berjalan sesuai tujuan pendidikan yaitu mendewasakan manusia secara umum.Kegiatan belajar dan mengajar yang di rencanakan akan memiliki nilai positif karena pendidik akan lebih fokus mengamati anak didik untuk mengoreksi strategi,metode dan pendekatan yang berlangsung di dalam kelas dan setelah selesai kegiatan belajar dan mengajar pendidik memiliki kesempatan merevisi ulang RPP dengan hasil pengamatan tentang kekurangan dan kelebihan serta mana strategi,metode dan pendekatan yang tepat dan mana yang tidak tepat menurut kondisi masing-masing pribadi dalam arti individual dan keseluruhan dalam arti klasikal.

Ada beberapa teori yang bisa di jadikan latar belakang RPP misalnya psikologi,didaktik,psikologi atau lebih di utamakan jika pendidik mengamati langsung dan menciptakan teori-teori sendiri dari hasil pengamatannya tentunya dengan tidak mengurangi peran teori-teori para ahli pendidikan.

semoga bermanfaat....maaf kalo berantakan ane masih newbie...^_^ 



.

URGENSI PENDIDIKAN DARI SEGI PEDAGOGIK

Pentingnya pendidikan bagi manusia adalah karena Manusia Memerlukan Bantuan beda dengan hewan,misalkan anak ayam yang begitu lahir mereka bisa berjalan dan mencari makan sendiri sedangkan anak manusia begitu lahir
hanya bisa menangis,kalo lapar nangis disuapin pula dan kalau jalan harus di gendong.Anak manusia begitu lahir butuh pertolongan ibunya ketika ingin memenuhi kebutuhan fisik bahkan kebutuhan psikologis.Karena itu sudah menjadi keharusan manusia memerlukan pendidikan dari orang dewasa.Masih banyak contoh-contoh lain bahwa manusia mutlak memerlukan bantuan dalam mendidik dirinya sendiri.

Beda dengan anak ayam yang begitu lahir bisa mandiri dalam memenuhi kebutuhan hidupnya karena hewan di kemudikan oleh insting yang di bawanya sejak lahir.

Berikut pendapat Drs.Uyoh Sadulloh,dkk mengenai insting :

Apakah insting itu?Insting adalah suatu kemampua psiko-fisis (jasmani-rohani) yang diturunkan atau merupakan pembawaan.Kemampuan itu menentukan pemiliknya untuk mengamati dan memerhatikan obyek-obyek dari jenis tertentu,untuk menghayati suatu keterangan emosional yang mempunyai kualitas khusus saat mengamati obyek yang demikian,dan berperilaku terhadap obyek itu dengan cara yang khusus,atau paling sedikit,menghayati suatu dorongan untuk berperilaku.

Pada manusia juga terdapat insting,seperti bayi yang tanpa belajar mempunyai insting ketika menghisap puting susu ibunya,dan ia menangis saat kelaparan dan banyak lagi contoh lainnya.Beda dengan hewan manusia tidak secara keseluruhan bergantung dengan insting banyak segi-segi kehidupan yang memerlukan bimbingan dengan belajar untuk memperjuaangkannya demi kelangsungan hidupnya.

Berikut pendapat  Drs.Uyoh Sadulloh,dkk mengenai pentingnya Pendidikan untuk manusia :

Tanpa usaha belajar dari pihak generasi muda dan usaha pendidikan dari pihak generasi dewasa,manusia tidak dapat mempertahankan dan mengembangkan kehidupannya,sehingga dapat mencapai tingkatan yang lebih bermutu dan lebih mulia.

Jadi pendidikan bukan hanya semata-mata mentransfer ilmu pengetahuan melainkan juga mewujudkan potensi anak didik untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang di dapatnya.

Pendidikan diperlukan untuk mengurangi peranan insting dalam proses kehidupan manusia,jika insting lebih mendominasi seseorang dalam mengambil keputusan tanpa mempertimbangkan peranan pikiran dan budi manusia maka manusia akan berperilaku primitf layaknya hewan yang sepenuhnya di kendalikan insting.Disinilah peran pendidikan untuk meningkatkan mutu manusi ketaraf yang lebih mulia sebagai manusia yang berbudi pekerti luhur.

Ketika dewasa manusia harus mengerti pentingnya memahami bahwa manusia tidak hanya hidup sebagai mahluk individu yang memiliki kebebasan dan haknya sebagai individu tapi juga harus juga menghormati hak dan kebebasan pribadi atau individu-individu yang lain tanpa melewati zona-zona atau batas-batas norma yang berlaku dan menghindari sikap berlebih-lebihan dalam berperilaku.Bebas bukan berarti melakukan sesuatu semaunya tapi juga harus terikat dengan pengetahuan tentang positif atau negatifnya perbuatan agar tidak merugikan pribadi atau individu-individu lain sehingga tidak menimbulkan dampak negatif.

Ada hubungan yang erat antara taraf kehidupan ekonomis dan taraf kualitas dan pemerataan pendidikan suatu negara yang sedang berkembang,pendidikan merupakan salah satu prioritas sektor pembangunan.Untuk itu perlu di bangun suatu sistem pendidikan yang memadai dengan barisan guru bemutu yang sangat dibutuhkan ( Drs.Uyoh Sadulloh,dkk).

Sumber dan Referensi : Drs.Uyoh Sadulloh,M.Pd.,dkk,PEDAGOGIK (ilmu mendidik).penerbit Alfabeta Bandung 2010


Jumat, 25 April 2014

TAB-TAB CLASICAL GUITAR PRO 6








Dalam file ini berisi tab-tab lagu-lagu classical yang terkenal
seperti mozart,bethoven dan banyak lagi yang lainnya.file ini support guitar pro 6.silahkan langsung download disini gan.

Pentingnya Psikologi dalam Proses Mengajar dan Belajar

Sudah merupakan suatu kewajiban bagi setiap pendidik bekerja dengan profesional dan kompeten melaksanakan profesinya sesuai dengan keadaan peserta didik.Sangat penting mempelajari Ilmu Psikologi khususnya Psikologi pendidikan untuk para pendidik untuk memahami
perilaku anak didik yang berbeda dengan maksud merencanakan pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan potensi anak didik.

Beda umur beda pemahaman dan beda karakter beda cara mendidiknya,pemahaman ini harus sudah menjadi dasar penyusunan rencana pembelajaran tanpa mengurangi peranan didaktik dan metodik.Para ahli psikologi pada umumnya berkeyakinan bahwa dua orang anak(kembar sekalipun)tak pernah memiliki respon yang sama persis terhadap situasi mengajar-belajar di sekolah.Keduanya sangat mungkin berbeda dalam hal pembawaan,kematangan jasmani,intelegensi dan keterampilan motorik(Muhibin Syah : 2010).Mereka memiliki kepribadian yang berbeda-beda serta cara memecahkan masalah yang berbeda-beda.

Dilingkungan yang berbeda-beda anak didik berinteraksi dengan pribadi-pribadi yang berbeda-beda termasuk lingkungan sekolah dengan siswa atau guru,di mana terjadi proses psikologis dalam interaksinya.Di sinilah guru perlu memahami dan mengerti agar tidak salah dalam memperlakukan anak didik sehingga sikron antara cara dengan perkembangan psikologis anak didik.Tidak menutup kemungkinan pentingnya ilmu psikologi bukan hanya untuk para guru tetapi seluruh elemen masyarakat karena masyarakat juga berperan dalam perkembangan potensi anak didik.

Ada beberapa hal yang bisa di petik dari psikologi pendidikan menurut Muhibin Syah :

1. Proses Perkembangan Siswa
          Dikalangan para guru dan orang tua siswa terkadang timbul pertanyaan apakah perbedaan usia antara seorang siswa dengan siswanya membuat perbedaan subtansial (bersifat inti) dalam hal merespon pengajaran.Pertanyaan ini perlu dicari jawabannya melalui pemahaman tahapan-tahapan perkembangan siswa dan ciri-ciri khas yang mengiri tahapan perkembangan tersebut.

Tahapan-tahapan perkembanga yang perlu di pahami sebagai bahan pertimbangan pokok dalam penyelenggaraan proses belajar dan mengajar adalah tahapan-tahapan yang berhubungan  dengan perkembangan ranah cipta para siswa yang menjalani proses belajar mengajar dan pembelajaran materi tertentu,serta dalam mengikuti proses belajar-mengajar yang di kelola guru kelas.

2. Cara Belajar Siswa
           Di manapun proses belajar berlangsung alasan utama kehadiran guru adalah untuk membantu siswa agar belajar sebaik-baiknya.Oleh karena itu,adalah hal esensial (pokok,dasar) bagi para guru untuk memahami sepenuhnya cara dan tahapan belajar yang terjadi pada siswa.

Pengetahuan anda yang pokok mengenal proses belajar tersebut meliputi::
  1. Signifikansi (arti penting) belajar
  2. teori-teori belajar
  3. Hubungan belajar dengan teori
  4. Fase-fase yang di lalui dalam peristiwa belajar
3. Cara Menghubungkan Mengajar dengan Belajar
            Tugas utama guru sebagai pendidik sebagaimana yang di tetapkan oleh Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional kita adalah mengajar,secara singkat mengajar adalah kegiatan menyampaikan pengetahuan dan nilai-nilai moral yang terkandung dalam pengetahua tersebut kepada siswa.Agar kegiatan mengajar ini diterima oleh para siswa,guru perlu berusaha membangkitkan gairah  dan minat belajar mereka.Kebangkitan gairah dan minat belajar para siswa akan mempermudah kegiatan mengajar dan kegiatan belajar.

              Oleh,karena itu,sebagai calon guru atau guru yang sedang bertugas,anda sangat di harapkan menerti benar seluk-beluk mengajar baik dalam arti individual(seperti remedial) maupun dalam arti klasikal.Dalam hal ini anda dituntut pula untuk memahami model-model mengajar,metode-metode mengajar dan strategi-strategi mengajar.Kemudian metode dan strategi ini anda terapkan secara cermat dalam proses belaja-mengajar yang anda kelola.

4. Pengambilan Keputusan untuk Pengelolaan PMB
               Dalam mengelola sebuah proses belajar-mengajar (PMB),seorang guru dituntut untuk menjadi figur central yang kuat dan berwibawa namun tetap bersahabat.Sebelum mengelola sebuah proses belajar mengajar,anda perlu terlebih dahulu merencanakan satuan bahan atau materi dan tujuan-tujuan yang hendak di capai.sesuai perencanaan materi dan tujuannya penyajiannya,anda perlu menetapkan kiat yang tepat untuk menyampaikan materi tersebut kepada siswa dalam situasi belajar mengajar yang efisien.

                Agar sebuah pengelolaan proses belajar mengajar mencapai sukses,seorang guru hendaknya memandang dirinya sendiri sebagai profesional yang efektif.Lalu pandangan positif ini di ejawantahkan dalam bentuk upaya-upaya pengambilan keputusan mengenai materi pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan para siswa dan penegasan tujuan-tujuan penyajian tersebut secara ekplisit(tersurat dan gamblang).Keputusan yang di ambil selanjutnya adalah penetapan pendekatan,metode dan strategi mengajar yang menurut tujuan psikologis sesuai dengan jenis dan sifat materi,tugas yang akan di berikan kepada siswa dan situasi belajar mengar seperti yang di harapkan.


sumber dan referensi : Muhibbin Syah,Psikologi Pendidikan,2010,Pt.Remaja Rosdakarya

Selasa, 22 April 2014

Cara Membuat akun adfly

Langsung aja gan
1. akses situs adfly disini
2. klik join seperti gambar di bawah ini.

3.setelah itu muncul jendela seperti di bawah ini



isi data di bawah dengan lengkap
 
 
 
 
 
Link Shrinker: Create shortened URLs and earn money

  • Link Shrinker: Create shortened URLs and earn money
  • Advertiser: Pay to advertise your website on adf.ly
 
Human Check:  ISI NOMER CAPTCHA DI BAWAH HARUS SAMA
Gambar tantangan reCAPTCHA
Dapatkan kata pengujian baru
Dapatkan kata pengujian berbentuk audio
Bantuan






























4.Setelah data terisi semua centang persetujuan dengan penyedia web dan klik join

5.setelah join klik muncul gambar seperti di bawah,memerintahkan agan utk ngecek email
6. cek email agan dan klik link konfirmasi

7.muncul gambar di bawah

paste key yang ada di email (gambar bawah) agan ke kolom (gambar atas)

dan selamat akun selesai di buat saatnya login



selamat mencoba ^_^



Senin, 21 April 2014

Mendidik,Mengajar dan Melatih

Ada tiga unsur yang ada di dalam Pendidikan yaitu : mendidik,mengajar dan melatih.Ketiga komponen ini memiliki arti yang berbeda-beda pada hakikatnya
tapi orang awam beranggapan pengertian ketiga komponen ini sama.

Mendidik menurut Darji Darmodiharjo menunjukan usaha yang lebih di tujukan kepada pengembangan budi pekerti,hati nurani,semangat,kecintaan,rasa kesusilaan,ketakwaan dan lain-lainnya.Jadi mendidik adalah lebih condong membangunkan potensi ke arah emosional,akhlak dan spriritual sekelompok anak didik dan mengajar bearti memberi pelajaran tentang berbagai ilmu yang bermanfaat bagi perkembangan kemampuan berpikirnya (Drs.Uyoh Sadulloh) dan lebih memprioritaskan kemampuan kognitif sekelompok anak didik sedangkan latihan lebih kearah untuk mewujudkan potensi yang bersifat psikomotoris(keterampilan) seperti misalnya latihan gitar,menggambar,karate dan lain-lain.

Dididik,diajar dan dilatih,ketiga komponen ini sangat penting dalam pendidikan untuk mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan agar anak didik bisa mengaktualisasikan potensinya dalam realitas kelangsungan hidup mereka kelak.Ketiga komponen ini memiliki tujuan yang berbeda-beda secara khusus.

Tujuan mendidik adalah untuk mencapai kepribadian yang terpadu,yang terintegrasi menuju pendewasaan diri.Para ahli ilmu mendidik telah bersepakat bahwa tujuan mendidik adalah untuk mencapai kedewasaan dan tujuan pengajaran adalah agar anak didik mampu berpikir ideal saat mereka dewasa nanti sedangkan latihan dengan tujuan agar sekelompok anak didik memiliki keterampilan saat mereka dewasa.

Dapat di simpulkan ketiga komponen itu,yaitu mendidik,mengajar dan melatih terintegrasi menjadikan manusia yang terdidik yang idealis dengan tujuan-tujuan yang telah dirumuskan ahli-ahli ilmu pendidikan.



referensi : Drs.Uyoh Sadulloh,M.Pd.,dkk,PEDAGOGIK (ilmu mendidik).penerbit Alfabeta Bandung 2010

Karakteristik Manusia Yang Membedakannya dengan Hewan


Menurut pendapat paham eksistesialisme setidaknya ada 8 karakteristik manusia yang membedakannya dengan hewan,yaitu
:

a. Kemampuan Menyadari diri
    Kaum rasionalis memilih kemampuan menyadari diri pada manusia sebagai salah satu perbedaan antara manusia dan hewan.Akibat dari adanya kemampuan manusia menyadari diri maka manusia menyadari bahwa dirinya memiliki ciri khas dan berbeda dengan yang lain,sehingga menyebabkan manusia membedakan dirinya dengan diri-diri (aku) yang lain dan dengan non aku (lingkungan fisik) di sekitarnya.Bahkan bukan hanya membedakan mereka membuat jarak dengan pribadi-pribadi yang lain dan yang nonpribadi (lingkungan fisik),orang merupakan pribadi yang lain sedangkan pohon,mobil,hewan dan lain-lain adalah ninpribadi.

b. Kemampuan Bereksistensi
    Kemampuan bereksistensi adalah kemampuan manusia dalam menempatkan diri di lingkungannnya.Jadi manusia tidak hanya ber-ada tapi manusia itu meng-ada atau bereksistensi,pada diri manusia terdapat kebebasan dalam berkehandak sebagai manajer dari lingkungan yang ada disekitarnya tentunya dengan kriteria yang positif.

c. Kata Hati
    Kata hati di sebut juga hati nurani,manusia yang tidak memiliki pertimbanngan benar-salah atau baik-buruk tindakaannya terhadap orang lain dikatakan sebagai orang yang tidak cukup mempunyai ketajaman hati.Jadi kriteria baik-buruk dan benar-salah di kaitkan dengan timbangan baik-buruk dan benar-salah manusia sebagai manusia dan manusia untuk manusia.Jadi Kata hati adalah kemampuan manusia dalam membuat keputusan yang baik dan benar(pertimbangan dampak baik dan buruknya bagi manusia lain dan lingkungannya).

d. Moral
    Moral adalah keberanian dalam membuat keputusan yang baik dan benar.jika kata hati adalah bentuk pengertian yang menyertai perbuatan maka moral adalah perbuatan itu sendiri.Jadi manusia yang memiliki hati yang tajam belum tentu bisa merealisasikan keputusan tersebut dalam wujud perbuatan.Jadai dapat di simpulkan manusia yang sinkron antara hati dan moral merupakan kriteria manusia yang benar-benar baik sebagai manusia.

e. Tanggung jawab
  Tanggung jawab adalah kesediaan menanggung akibat dari perbuatan yang yang menuntu jawaban,merupakan pertanda dari sifat orang yang bertanggung jawab.Wujud tanggung jawab ada bermacam-macam seperti bertanggung jawab terhadap diri sendir,tanggugn jawab terhadap orang lain dan tanggung jawab terhadap tuhan.

f. Rasa kebebasan
   Rasa kebebasan adalah kemerdekaan dalam bertindak tanpa ada ikatan apapun tentunya sesuai tuntunan kodrat manusia.Sesuai tuntunan kodrat manusia seperti kelihatannya ada ikatan,di sini di maksudkan agar manusia terdidik untuk mengambil keputusan yang baik dan benar bagi lingkungan di sekitarnya baik yang pribadi maupun yang nonpribadi.

g. Kewajiban dan Hak
    Kewajiban dan hak adalah dua kata yang berhubungan tidak ada kewajiban tidak ada hak.Kewajiban di sini di artikan sebagai sesuatu perbuatan yang harus di lakukan agar di akui atau di berikan segala haknya(aspirasi dan harapan yang positif).Untuk mendapatkan haknya manusia harus melakukan suatu kewajiban,seperti misalnya untuk mendapatkan hak untuk tidak mendapat hukuman,manusia harus memenuhi kewajiban untuk tidak melakukan kejahatan.Satu contoh lagi,untuk mendapatkan gaji(hak) seorang karyawan suatu perusahaan harus bekerja(kewajiban).

h. Kemampuan menghayati kebahagiaan
    Kebahagiaan sangat sulit di jabarkan,setiap orang memiliki kriteri kebahagiaan yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya.Ada beberapa istilah yang mirip dengan kebahagiaan seperti senang dan gembira,ada yang mengatakan bahwa senang dan gembira hanya aspek dari kebahagiaan.Jadi di dalam bahagia terdapat rasa senang dan gembira bisa disebut kriteria kebahagiaan secara umum.Jadi untuk bahagia manusia harus memiliki kriteria masing-masing yang membuatnya senang dan gembira tentunya dengan ketajaman hati dan moral yang baik dan benar.

referensi :  Prof.Dr.Umar Tirtarahardja,Drs.S.L.La Sulo,Pengantar Pendidikan,april 2005,PT.rikena Cipta


Pengertian Pedagogik

Lapangan Pendidikan merupakan wilayah yang sangat luas.Ruang lingkupnya mencakup seluruh pengalaman dan pemikiran manusia tentang pendidikan.Setiap orang pernah mendengar tentang perkataan pendidikan dan setiap orang pada masa kecilnya
juga pernah menjadi objek pendidikan atau setiap orang tua pernah menjadi subjek pendidikan.Namun tidak setiap orang mengerti dalam arti yang sebenarnya apa pendidikan itu,dan tidak setiap orang mengalami pendidikan sebagaimana semestinya.Maka dari itu untuk memahami seluk beluk pendidikan kita perlu mempelajari pendidikan.

Pedagogik merupakan ilmu yang membahas pendidikan,yaitu ilmu pendidikan anak.Jadi pedagogik mencoba menjelaskan tentang seluk-beluk pendidikan anak,pedagogik merupakan teori pendidikan anak.Pedagogik sebagai ilmu sangat di butuhkan oleh guru Khususnya guru taman kanak-kanak dan Guru sekolah dasar karena mereka berhadapan dengan anak yang belum dewasa.Tugas guru bukan hanya mengajar untuk menyampaikan, atau mentransformasikan pengetahuan kepada anak di sekolah,melainkan juga mengemban tugas untuk mengembangkan kepribadian anak didiknya menjadi satu.Guru perlu membangun mental anak didik dan mengembangkan hati nurani anak atau kata hati anak agar mereka sensitif dan peduli dengan masalah-masalah kemanusiaan.

Jadi bisa dimpulkan Pedagogik adalah ilmu pendidikan pada tingkat anak-anak.

A. Pedagogik dalam arti khusus

Pedagogik berasal dari kata yunani "paedos",yang bearti anak laki-laki dan "agogos" yang artinya membimbing dan mengantar.Jadi Pedagogik secara harfiah berarti pembantu anak laki-laki yang mengantar anak majikannya pergi ke sekolah.Menurut Prof.Dr.J.Hoogveld (Belanda) Pedagogik adalah Ilmu yang mempelajari masalah membimbing anak ke arah tujuan tertentu, yaitu supaya ia kelak "mampu secara mendiri menyelesaikan tugas hidupnya"

B. Pedagogik dalam arti yang luas

Pedagogik dalam arti yang luas di sebut Pendidikan.Menurut Handerson,Pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan,sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik,berlangsung ssepanjang hayat sejak manusia itu lahir.Warisan sosial merupakan bagian dari lingkungan masyarakat,merupakan alat bagi manusia untuk perkembangan manusia yang terbaik dan intelegen,untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya.

Dalam GBHN Tahun 1973 dikemukakan pengertian pendidikan, Bahwa, "Pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu usaha yang di sadari untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia,yang di laksanakan di dalam maupun di luar sekolah, dan berlangsung seumur hidup".

Dalam UU RI No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional di katakan bahwa : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk memwujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,pengendalian diri,kepribadian,kecerdasan,akhlak mulia,serta keterampilan yang di perlukan dirinya,masyarakat,bangsa dan negara.

Sumber : Drs.Uyoh Sadulloh,M.Pd.,dkk,PEDAGOGIK (ilmu mendidik).penerbit Alfabeta Bandung 2010

Definisi Psikologi Pendidikan

Psikologi merupakan gabunga dari dua kata yang berasal dari bahasa Greek (Yunani),yaitu : 1) psyche yang berarti jiwa;2) logos yang berarti ilmu.Jadi secara harfiah Psikologi berarti Ilmu Jiwa.Sedangkan Pendidikan berasal dari kata "didik" lalu
kata ini mendapat awalan me sehingga menjadi "mendidik" artinya memelihara dan memberikan latihan,makna memelihara di sini berbeda dengan memelihara binatang maksudnya disini adalah memelihara diri dengan ajaran,tuntunan dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.Sedangkan menurut kamus besar bahasa indonesia Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia.

Jadi dapat kita pahami Psikologi Pendidikan adalah ilmu jiwa yang mempelajari dan meneliti tentang perubahan sikap manusia dengan tuntunan,ajaran dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran dalam seluruh aspek kecerdasan(IQ,SQ,EQ)

referensi : Muhibbin Syah,Psikologi Pendidikan,2010,Pt.Remaja Rosdakarya


Hakikat Manusia Dan Pengembangannya

Sasaran pendidikan adalah manusia dengan maksud untuk mengambangkan potensi-potensi kemanusiaan yang sudah ada di dalam diri manusia itu sendiri yang merupakan benih kemungkinan untuk menjadi manusia seutuhnya,mandiri dan bertanggung jawab terhadap
dirinya sendiri serta orang lain.

Proses pendidikan manusia akan berjalan lancar jika si manusia mengetahui dan bisa menggambarkan siapa manusia itu sebenarnya.Alasan kenapa objek pendidikan yaitu manusia perlu mengetahui dan dpat menggambarkan siapa manusia adalah karena sains dan teknologi yang sangat pesat dewasa ini,lebih-lebih pada masa mendatang sehingga mendapatkan berbagai manfaat yang dapat di ambil darinya,di samping juga ada juga dampak negatif dari perkembangan sais dan teknologi itu sendiri.

A. Sifat Hakikat Manusia

Sifat Hakikat manusia adalah ciri-ciri karakteristik manusia yang mebedakannya dengan hewan meskipun dari segi biologis terdapat beberapa kesamaan antara manusia dan hewan.Perbedaan manusia dan hewan adalah manusia memiliki akal sedangkan hewan tidak.Manusia bisa berpikir sedangkan hewan tidak,setidaknya itulah perbedaan mencolok menurut sebagian besar umat manusia.

Wujud sifat manusia yang tidak di miliki hewan menurut paham eksistensialisme :
  1. Kemampuan menyadari diri
  2. Kemampuan bereksistensi
  3. Pemilikan kata hati
  4. Moral
  5. Kemampuan bertanggung jawab
  6. Rasa kebebasan
  7. Kesediaan melaksanakan kewajiban dan menyadari hak
  8. Kemampuan menghayati kebahagiaan
B. Dimensi-Dimensi Hakikat Manusia serta Potensi,Keunikan dan Dinamikanya
  1. Dimensi keindividualan
  2. Dimensi kesosialan
  3. Dimensi kesusilaan
  4. Dimensi keberagaman
C. Pengembangan Dimensi Hakikat Manusia

Seperti telah berulang kali di katakan sasaran pendidikan adalah manusia sehingga sudah menjadi kewajiban atau tugas pendidikan adalah mengembangkan dimendi hakikat manusia.

Manusia lahir dengan di karuniai dimensi hakikat manusia yang masih dalam bentuk potensi Belum teraktualisasi menjadi kenyataan dan sudah menjadi tugas Pendidikan untuk mewujudkan potensi ini menjadi kenyataan.Misalnya seseorang lahir dengan bakat seni memerlukan pendidikan untuk menjalani proses menjadi seniman terkenal.Meskipun pada dasarnya pendidikan adalah baik pendidikan juga tidak luput dari kesalahan yang mengakibatkan penyimpangan seperti misalnya di sebut dengan salah didik karna yang menjadi pendidik adalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan.Sehubungan dengan itu ada dua kemungkinan yang terjadi :
  • Pengembangan yang utuh, dan
  • Pengembangan yang tidak utuh
To be continiu insyaAllah

referensi : Prof.Dr.Umar Tirtarahardja,Drs.S.L.La Sulo,Pengantar Pendidikan,april 2005,PT.rikena Cipta

Rabu, 16 April 2014

Ujian Nasional

Oleh : Mohamad Surya
         Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia
         Artikel ini pernah di muat di rubrik Opini
         Koran Pikiran Rakyat, Selasa 15 April 2014

Di tengah hiruk-pikuk perbincangan politik pasca Pemilu 2014 yang diselenggarakan 9 April lalu, perhelatan besar di dunia pendidikan yang disebut Ujian Nasional pun hadir kembali. Berkenaan dengan substansi perbincangan dalam tulisan ini, isu utamanya bukan terletak pada penghapusan atau tidaknya UN, tetapi pada upaya untuk membawa kembali UN ini ke habitatnya di dunia pendidikan yang berbasis nilai-nilai pedagogik.
Mengapa? Ya, karena ada kecenderungan UN oelan-pelan telah terseret ke luar habitat pendidikan sehingga dengan mudah berkembang menjadi wacana yang tidak lagi bersifat �pendidikan�.
Di dunia pendidikan, UN merupakan salah satu bentuk konsep yang lebih generik yaitu �evaluasi belajar�. Evaluasi belajar merupakan unsur pendidikan untuk mendapatkan informasi objektif dari proses pembelajaran sebagai landasan pengambilan keputusan pendidikan yang berkenaan dengan kemajuan belajar sebagai unsur mutu pendidikan, efektivitas proses pembelajaran, efisiensi pengelolaan, relevansi isi pembelajaran, kualitas kinerja guru, relevansi kebutuhan masyarakat dsb.
Dalam konsep yang lebih luas, mutu pendidikan mempunyai makna sebagai suatu kadar proses dan hasil pendidikan secara keseluruhan. Di samping berkaitan dengan aspek proses, mutu pendidikan berkaitan pula dengan aspek hasi pendidikan. Dari aspek �hasil�, mutu pendidikan dilihat dari hasil kualitas atau kadar perubahan yang terjadi dalam diri keseluruhan peserta didik.
Saat ini, pendidikan lebih dipersempit dengan persekolahan, dan persekolahan dipersempit dengan proses belajar-mengajar yang lebih dipersempit lagi dengan proses pencapaian pengetahuan pengetahuan yang lebih berat secara kognitif. Dengan demikian, hasil pendidikan sangat dipersempit dengan hasil belajar yang berupa penguasaan kognitif yang diukur dengan alat ukur yang disebut Ujian Nasional, dan hasilnya dinyatakan dengan angka hasil olahan jawaban terhadap soal UN. Saat ini, UN masih dipergunakan sebagai satu-satunya indicator mutu, sehingga memunculkan pandangan bahwa semakin tinggi presentase kelulusan UN yang diperoleh, semakin tinggi pula mutu pendidikannya.
Tentu saja cara pandang demikian dapat mengurangi makna mutu pendidikan yang sesungguhnya dan menyempitkan makna pendidikan dan dapat mengarah kepada suatu pola pikir intelektual-elititis yaitu memandang kesuksesan dari sudut intelektual/kognitif, dan menyisihkan mereka yang berada pada lapisan bawah (nilai UN rendah) untuk kemudian membentuk satu kelompok elite intelektual.
Hasil Pendidikan
Dalam konteks yang lebih luas, hasil pendidikan mencakup tiga jenjang yaitu produk, efek, dan dampak. Hasil pendidikan yang berupa �produk�, adalah wujud hasil yang dicapai pada akhir satu proses pendidikan, misalnya akhir satu proses instruksional, akhir caturwulan/semester, akhir tahun ajaran, akhir jenjang pendidikan dsb. Wujudnya dinyatakan dalam satu satuan ukuran tertentu seperti angka, grade, peringkat, indeks prestasi yudisium, nilai UN, dsb. Sebagai gambaran mutu hasil pendidikan dalam periode tertentu.
Hasil pendidikan berupa �efek�, adalah perubahan lebih lanjut terhadap keseluruhan kepribadiaan peserta didik sebagai akibat perolehan produk dari proses pendidikan (pembelajaran) dari satu periode tertentu. Perolehan produk pendidikan yang dinyatakan dalam bentuk hasil belajar seperti angka, hasil UN, IP, dsb. Seyogianya memberikan pengaruh (efek) terhadap perubahan keseluruhan perilaku/ kepribadian peserta didik, seperti dalam pemahaman diri, cara berfikir, sikap, nilai, dan kualitas kepribadian lainnya. Selanjutnya hasil pendidikan yang berupa �dampak�, adalah berupa pengaruh lebih lanjut hasil pendidikan (yang berupa produk dan efek pada diri peserta didik) terhadap kondisi dan lingkungannya baik di dalam keluarga ataupun masyarakat secara keseluruhan.
Pada umumnya hasil yang  berupa produk inilah yang sering digunakan sebagai indicator mutu pendidikan yang sudah tentu dengan asumsi dapat memberikan gambaran hasil pendidikan. Hasil pendidikan yang beruppa efek dan dampak masih belum digunakan untuk melihat mutu pendidikan, sehubungan dengan sulitnya membuat indikator secara objektif.
Namun, hendaknya menjadi perhatian berbagai pihak bahwa melihat mutu pendidikan hanya dari segi produk (yang sudah dipersempit dari makna pendidikan) belum dapat memberikan gambaran secara menyeluruh mengenai mutu pendidikan.
Dalam konteks pandang filosofis populis egalitarian (sebagai lawan dari filosofis intelektual elitis), kita harus memandang bahwa semua anak sebagai peserta didik berhak dinilai mutu pendidikannya dari sudut pandang holistik. Kita bukan harus menyisihkan mereka yang karena nilai UN-nya rendah, dan kemudian membentuk elite yang terdiri atas mereka mereka yang memiliki nilai UN tinggi, dengan asumsi merekalah yang akan menjadi pemimpin dan peanjut kehidupan. Kita harus membdayakan semua anak bangsa dengan mutu secara holistik yaitu kepribadian dan kontribusinya pada lingkungan.
Kepedulian kedua yang berkenaan dengan evaluasi belajar adalah memosisikan kembali �guru� sebagai insane pendidikan dalam keseluruhan operasional pendidikan. Dalam kaitannya desentralisasi pendidikan, sistem penilaian yang dikembangkan sudah tentu harus tetap menjaga keseimbangan standar nasional yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat. Dalam desentralisasi pendidikan, penyelenggaraan evaluasi belajar diharapkan akan mampu terwujud dengan lebih menyentuh sisi pendidikan yang paling esensial. Dalam habitat yang sesungguhnya, evaluasi belajar berada dalam koridor paradigma pendidikan dan guru berada dalam posisi sentral.

Selasa, 15 April 2014

Akibat Beban Berat Kurikulum

Oleh : Septiardi Prasetyo
          Pengajar Fisika di Lembaga Bimbingan Belajar
          Ganesha Operation Unit MTC Kota Bandung

Pernahkah anda mengecek isi tas putra-putri anda sebelum mereka pergi ke sekolah? Coba perhatikan jumlah buku yang mereka bawa. Bila hari itu mereka belajar empat mata pelajaran. Setidaknya pagi itu mereka akan membawa empat buku catatan, empat buku tugas, empat BSE (Buku Berstandar Elektronik) dan empat Lembar Kerja Sisa (LKS). Jumlah ini akan bertambah bagi siswa yang sekolahnya berstatus Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI) atau Sekolah Berstandar Internasional (SBI). Karena mereka dibekali buku paket RSBI/SBI dan worksheet. Tidak heran bila model tas sekolah jaman sekarang berukuran besar-besar. Terlihat kontras dengan pundak-pundak mungil yang menggendongnya.
Saya bertanya kepada anda, para orang tua. Dalam sehari, berapa jamkah anda berkumpul dengan putra-putri anda di rumah? Anda bisa memperkirakan angkanya. Dan angkanya akan jauh berkurang bila putra-putri anda aktif dalam kegiatan ekskul, les musik, bimbingan belajar dan lainnya. Jangan bayangkan angkanya bila kedua orangtua memiliki kesibukan bekerja.
Kurikulum pendidikan kita dinilai memberatkan bagi siswa dan keluarga. Dari segi jumlah mata pelajaran, konten pembelajaran hingga jumlah jam pelajaran. Adayang menilai bila anak-anak dari Jepang belajar menggunakan kurikulum kita maka kualitas output yang dihasilkannya tidak akan jauh berbeda dengan kita. Dalam buku berjudul Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidemensional, Masnur Muslich menulis Sistem pendidikan di Indonesiajustru menyiapkan seluruh siswa untuk dapat menjadi Ilmuwan dan pemikir (filsuf). Seluruh mata pelajaran dirancang sedemikian rupa  sulitnya sehingga hanya dapat diikuti oleh 10 sampai 15 persen siswa saja atau mereka yang mempunyai IQ di atas 115.
Berbeda dengan di Jepang, kurikulumnya lebih terfokus pada pendidikan 85 persen siswanya yang ber-IQ di bawah 115. Sehingga pembelajaran di kelas dinilai tidak memberatkan dan lebih menyenangkan. Kurikulum di negeri matahari terbit ini lebih diarahkan pada penciptaan lulusan yang terampil dan kreatif. Yang disiapkan untuk menjadi motor pembangunan di negaranya. Berbeda dengan kurikulum kita jangankan memproduksi lulusan yang mampu bersaing dengan lulusan Negara lain, untuk menjadi tuan di tanah airnya sendiri pun masih belum mampu. Yang lebih miris lagi, profesi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri masih didominasi oleh buruh dan pembantu rumah tangga. Tidak mengherankan bila banyak dari mereka yang mengalami nasib miris.

Sabtu, 12 April 2014

Wajib Belajar PAUD

Oleh : Akhmad Khusaeri, M.MPd
          Guru di Yayasan Nur Al Rahman, Cimahi
          Artikel ini pernah dimuat di rubrik Suluh
          Koran Tribun Jabar, Selasa 18 Maret 2014

Salah satu rekomendasi dalam Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan (RNPK) pada tanggal 5-7 Maret 2014 lalu adalah akan diadakannya program Wajib Belajar Pendidikan Anak Usia Dini (Wajar PAUD). Pertanyaannya kemudian, seberapa pentingkah seorang anak di bawah usia 6 tahun harus mengikuti aktivitas sekola? Dan apakah tidak lebih baik di rumah saja bersama pengasuhan orang tuannya dan menyiapkan masuk Sekolah Dasar (SD)?
Hal itu berawal dari evaluasi dan temuan bahwa masih ada kurang lebih 23 ribu desa di negeri ini yang belum memiliki tempat PAUD atau sekitar 40 persen desa yang ada di seluruh Indonesia yang belum melaksanakan program �Satu Desa Satu PAUD�. Padahal pada usia dini (4-6 tahun) merupakan masa peka bagi anak. Anak mulai sensitive untuk menerima berbagai upaya perkembangan seluruh potensi mereka. Masa peka merupakan masa terjadinya pematangan fungsi-fungsi psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungannya.
Masa ini merupakan masa untuk meletakkan dasar pertama dalam mengembangkan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, social, emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, moral, dan nilai-nilai agama. Karenanya pada masa ini disebut usia keemasan (golden age) yang jika distimulasi dengan baik maka akan mampu mengoptimalisasi potensi yang dimiliki anak.
Benjamin S Bloom mengatakan bahwa 50 persen kemampuan belajar seseorang akan ditentukan pada 4 tahun pertamanya (0-4 tahun), 30 persen berkembang pada 4 tahun berikutnya (4-8 tahun). Sementara itu, hal-hal yang dipelajari seseorang sepanjang hidupnya dibangun di atas dasar ini (0-8 tahun), sedangkan sisanya 20 persen berkembang pada 10 tahun berikutnya (8-18 tahun).
Oleh karena itu, peran pendidikan pada usia dini dari orangtua, guru atau orang dewasa lainnya sangat diperlukan dalam upaya pengembangan potensi. Upaya tersebut bisa dilakukan melalui kegiatan bermain seraya belajar bermain. Sebab, dengan bermain anak memiliki kesempatan untuk mengekplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi serta belajar secara menyenangkan. Selain itu bermain membantu anak mengenal dirinya sendiri dan lingkungannya.
Satu Desa Satu PAUD
Kehadiran PAUD yang belakangan ini menjadi konsen pemerintah-dalam hal ini Kemendikbud-adalah semata dimaksudkan untuk pembinaan yang ditujukan kepada anak sampai usia enam tahun, yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan lebih lanjut (UU 20/2003).
Komitmen memberikan pendidikan sejak usia dini merupakan sesuatu yang mesti, apalagi hal tersebut menjadi kesepakatan internasional seperti Komitmen Jomtien, Thailandi (1990) menyepakati �perlunya memperjungkan kesejahteraan bagi anak�, Deklarasi Dakar, Sinegal (2000), dan komitmen New York, USA (2002). Oleh karena itu, hadirnya program �Satu Desa Satu PAUD� bisa menjadi cikal bakal adanya program Wajar PAUD dalam memberikan akses pada anak-anak usia dini di negeri ini untuk mengukuhkan pendidikannya.
Namun tentunya implementasi di lapangan tidak akan semudah membalikkan telapak tangan, aka nada banyaj jalan terjal dan menanjak dalam mencapainya. Itu semua menjadi tantangan pemerintah dan seluruh stakeholderpendidikan yang harus ditaklukan agar mimpi emas itu terwujud.
Tantangan itu di antaranya masih terdapat kesalahpahaman tentang PAUD sehingga sebagian masyarakat ada yang masih enggan mengikutinya. Oleh karenanya perlu ada pelurusan pemahaman tentang PAUD, yaitu pertama, PAUD bukan untuk �mendinikan sekolah� dengan mengajarkan hal-hal yang belum saatnya. Kedua pelaksanaan PAUD harus sesuai dengan tahap perkembangan dan potensi masing-masing anak. Ketiga, PAUD dilaksanakan melalui bermain, sehingga tidak merampas dunia anak. Keempat, PAUD bertujuan untuk melejitkan semua potensi anak (motorik, bahasa, kognitif, emosional, dan sosial) dengan mengedepankan kebebasan memilih, merangsang kreativitas, dan penumbuhan karakter.
Akhirnya, penting atau tidaknya sebuah proses pendidikan di usia dini dapat kita rasakan sendiri, ketika masa golden age anak kita berlalu begitu saja tanpa ada prosespengembangan potensi alamiahnya, maka itu menjadi jawaban tersendiri atas kebutuhan bangsa ini terhadap adanya PAUD sebuah tempat yang akan memberikan rangksangan pendidikan yang menyenangkan, merangsang semua aspek kecerdasan anak sesuai tahap perkembangan , potensi, dan kebutuhan masing-masing anak tanpa ada paksaan sehingga menghantarkan pada sebuah suasana dan tempat/ desa/ kelurahan yang ramah anak.
        

Kamis, 10 April 2014

Bebaskan PPDB Dari Kecurangan

Oleh : Muhammad Syarifudin Iriyanto
          Sekretaris Dewan Pendidikan Kota Bandung
          Artikel ini pernah dimuat di rubrik Forum Guru
          Koran Pikiran Rakyat, Kamis 10 April 2014

Kita dikejutkan dengan pernyataan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil bahwa dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang dilaksanakan sekolah setiap tahunnya telah terjadi kecurangan sehingga beredar uang suap sekitar Rp 20 miliar. Untuk itu, Wali Kota Bandung akan membentuk tim panitia independen yang melibatkan untusr kepolisian, tentara, dan kejaksaan.
Pernyataan Kang Emil itu tidak keluar sembarangan, pasti didukung data yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Sahabat saya yang selalu mengamati kecurangan PPDB di KotaBandung memprediksi, uang haram yang beredar jauh lebih besar. Bisa mencapai 2 bahkan 3 kali lipat dari perkiraan Kang Emil.
Hasil pemantauan dan kajian yang pernah kami lakukan, kecurangan selalu terjadi pada jalur nonakademis, meliputi jalur siswa berpresti dan siswa tidak mampu. Sementara itu, pada jalur akademis relatif tidak terjadi penyimpangan karena dilakukan secara terbuka dan transparan melalui sistem online yang dapat dilihat dan diawasi semua orang.
Kecurangan dan suap dalam PPDB disebabkan dua hal. Pertama, ada oknum kepala sekolah atau panitia melakukan kecurangan karena di bawah tekanan. Kedua, mereka sengaja melakukan kecurangan karena ingin memanfaatkan tekanan. Berkenaan dengan itu, perlu kesadaran dari semua pihak untuk mengikuti aturan dan ketentuan yang berlaku.
Pejabat eksekutif, legislatif, dan yudikatif hendaknya tidak melakukan tekanan dalam bentuk apa pun kepada sekolah. Katebelece atau memo dari pimpinan daerah atau pejabat yang selalu beredar saat PPDB, dengan bahasa sandi �harap dibantu sesuai dengan prosedur�, harus segera dihentikan karena dapat disalahgunakan pihak lain yang mencari keuntungan.
Bagi anggota dewan yang terhormat, salah besar kalau dengan dalih membela konstituen tetapi anda terpaksa melanggar aturan. Justru anda harus menjelaskan dan menyuruh konstituen anda aar mengikuti aturan dan ketentuan yang berlaku. Kita sepakat orang miskin harus dibantu, tetapi harus ditempuh dengan cara dan prosedur yang benar. Untuk itu, oknum yang mengaku utusan partai atau golongan tertentu, tidak usah lagi menitipkan map atau rekomendasi dari anggota dewan ke sekolah. Biarkanlah orangtua sendiri yang mengurus pendaftaran anaknya.
Pihak yudikatif seperti kepolisian dan kejaksaan dapat menegakkan hokum seadil-adilnya. Bantulah masyarakat agar sadar hokum, jangan malah melakukan perbuatan melawan hokum. Keinginan wali kota untuk melibatkan TNI, kepolisian, dan kejaksaan harus dipahami sebagai upaya menciptakan masyarakat yang sadar hukum.
Masyarakat atau oknum yang tergabung dalam LSM tertentu harus turut serta membantu pelaksanaan PPDB yang bebas kecurangan. Tidak usah lagi menemui kepala sekolah dengan memabwa memo dari pejabat manapun karena kewenganan penentuan siswa baru yang diterima tidak lagi di tangan kepala sekolah.
Bagi kepala sekolah dan panitia pelaksana, sudah saatnya kita bangun sekolah dengan modal kejujuran. Jangan memanfaatkan tekanan utnuk melakukan kecurangan demi mencari keuntungan. Kalaupun tekanan terjadi, jangan ragu menolaknya.
Salah satu penyebab maraknya kecurangan PPDB adalah karena tidak ada sanksi tegas bagi oknum yang melanggar. Untuk itu, wali kota dan kadisdik jangan ragu-ragu menegakkan aturan.
Pada orangtua, biarkanlah anak-anak kita tumbuh dan berkembang sesuai dengan jati dirinya. Jangan paksa mereka mengikuti keinginan orangtua karena dapat membunuh karakter dan masa depan mereka.

Senin, 07 April 2014

Ruh Pembangunan Bangsa

Oleh : Septiardi Prasetyo
          Pengajar di Lembaga Bimbingan Belajar
          Ganesha Operation Unit MTC Kota Bandung

Pada prinsipnya, setiap pemegang kebijakan yang duduk dipemerintahan pusat, tidak akan sudi dan menerima bila disebut sebagai pihak yang tidak kreatif dalam mengelola bangsa ini. Di atas kertas, status pendidikan, pengalaman, dan keterampilan mereka tidak perlu diragukan lagi. Maka lahirlah berbagai program hasil �kreativitas� mereka untuk memompa sendi-sendi kehidupan disegala bidang. Hasilnya, kita saksikan rakyat mengantri minyak tanah dan gas elpiji dibawah sengatan sinar matahari. Hati nurani siapa yang tidak perih menyaksikan orang yang dicintainya bersimbah keringat, kepayahan, berdesak-desakan hanya untuk memperoleh beberapa liter minyak tanah atau satu-dua tabung gas elpiji. Bukankah sumber alam yang menguasai hajat hidup orang banyak dikelola sebesar-besarnya untuk kesejahteraan rakyat! Kemanakah kreativitas? Dimanakah hati nurani?
Kontroversi bidang pendidikan pun tidak kalah hebatnya. Kualitas pendidikan kita hanya diukur dari kemampuan siswa dalam menjawab soal Ujian Nasional(UN). Sedangkan konten dari soal UN sendiri hanya sanggup mengukur kemampuan siswa dari aspek kognitif saja. Sedangkan aspek afektif dan psikomotor yang dimiliki siswa tidak pernah menjadi pertimbangan untuk memperoleh kelulusan. Bukankah manusia itu mahluk yang unik dan kompleks?
Masih menyoroti tentang UN, pemerintah sepertinya �lupa� kalau kesenjangan penyediaan sarana pendidikan antara wilayah perkotaan dan pedesaan, pulau Jawa dan luar pulau Jawa, begitu curam! Minimnya sarana-prasarana pendidikan bisa berakibat langsung pada tingkat kelulusan siswanya. Seperti mendaki langit, begitu payahnya siswa negeri ini untuk berkualitas versi pemerintah pusat. Bukankah �kreativitas� seperti ini menyakiti hati nurani rakyat?
Kebangkitan Bangsa, Kebangkitan Hati Nurani
Sejarah mencatat, Budi Oetomo lahir karena terketuknya hati nurani para pendirinya. Penjajahan telah banyak melahirkan penderitaan dan ketidakadilan. Walaupun saat itu pembangunan digiatkan, manfaatnya tidak pernah sampai menyentuh ke akar rumput. Semua hasil pembangunan hanya diperuntukan untuk kepentingan penjajah. Di sinilah Budi Oetomo berperan, melalui pendidikan mereka berupaya menyadarkan bangsanya bahwa mereka sedang dijajah.
Bagaimana dengan rakyat kecil hari ini, sadarkah posisinya di mana? Saya berkeyakinan program Bantuan Langsung Tunai(BLT), Konversi minyak tanah ke gas atau Program Bantuan Operasional Sekolah(BOS) dan program tidak popular lainnya memposisikan pemerintah layaknya kreator kebijakan yang berhati nurani dan senang memberi.
Tanpa bermaksud memprovokasi, tapi beginilah suara hati nurani rakyat kecil yang sedang terluka. Kreativitas yang dilahirkan pemerintah pusat sampai saat ini tidak pernah menjadi solusi yang konsisten membela kesejahteraan rakyat kecil. Begitu kuatnya kepentingan individu dan golongan, memposisikan rakyat kecil sebagai pihak yang terpinggirkan.
Sudah saatnya bangsa ini bangkit dan membangkitkan kembali semangat yang pernah dihembuskan oleh Budi Oetomo. Momentum seratus tahun kebangkitan nasional, bisa dijadikan pengingat untuk apa kemerdekaan direbut dari tangan penjajah. Bahwa penjajahan hanya membuat rakyat menderita, begitupun setiap kebijakan yang tidak berpihak kepada rakyat.
Kenaikan harga BBM, langkanya minyak tanah dan gas elpiji, kontroversi UN dan seabrek kebijakan yang membuat pening kepala rakyat kecil, haruslah kita hadapi dengan sikap positif. Prof.Yohanes Surya, penggagas �Mestakung,� mengilustrasikan tentang seseorang yang sedang dikejar seekor anjing. Pada diri orang yang ketakutan itu akan muncul energi ekstra yang bisa digunakan untuk berlari sekuat-kuatnya. Bahkan tanpa ia sadari mampu digunakan untuk melompati suatu tembok yang tidak ia sangka sanggup melompatinya pada kondisi normal.
Kondisi kritis seperti diilustrasikan di atas akan melahirkan energi ekstra yang bisa digunakan untuk melangkah ke arah solusi. Rumus �3M� dari Aa Gym dapat dijadikan pedoman praktis untuk setiap langkah awal kita. Mulailah dari diri sendiri, mulailah dari hal yang kecil, dan mulailah saat ini.
Dan kalau sudah mulai bergerak ke arh solusi, siapkanlah diri kita seperti buah kelapa. Untuk bisa diambil manfaatnya, kelapa harus siap merasakan sakit saat dijatuhkan dari pohonnya. Setelah itu, sabut kelapanya dikelupas. Lalu, kelapa yang telah bersih dari sabutnya disisit batoknya hingga bersih. Kemudian siap-siap kelapa tersebut untuk dibelah. Belum selesai, kepala itu lalu harus siap diparut. Sesudah diparut, diperas. Hingga akhirnya,  keluarlah saripati dari semua yang telah kita usahakan.